Kamis, 21 April 2011

Kartini kini

Kartini memang telah tiada, namun semangatnya tetap membara dalam setiap dada perempuan Indonesia. Benarkah demikian? Hampir dua abad yang lalu seorang perempuan sederhana berjuang agar tercapai kesetaraan gender antara lelaki dan perempuan. Dia mempertaruhkan hidupnya untuk dipersunting seorang lelaki  agar bisa membantu perjuangannya:  perempuan harus dihargai. Perempuan bukanlah konco wingking sebagai pelengkap dalam kehidupan, yang hanya sendiko dhawuh menurut kepada lelaki sebagai kepala keluarga. Perempuan juga memiliki hak untuk menyuarakan ide, gagasan dan pikiran-pikirannya. Perempuan berhak atas pendidikan dan menuntut ilmu. Perempuan tidak harus menikah pada usia dini. Perempuan berhak menentukan nasibnya untuk menjalankan profesionalisme yang digelutinya. Karenanya perempuan memiliki hak untuk menuntut ilmu setingi yang bisa diraihnya dan kemudian mengabdikan ilmunya untuk kemaslahatan umat termasuk keluarganya. Semakin perempuan menimba ilmu semakin bijaklah dia dalam mengurus rumah dan mengurus anak.
Ironisnya, isu kesetaraan gender yang sudah sekian lama digembar-gemborkan ternyata kembali dipatahkan dengan isu demoralisasi dan kecanggihan ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi yang tidak disertai penajaman iman dan logika mencarut marutkan generasi muda yang nota bene sedang mencari jati diri dan imitasi, meniru dan mencoba.
Apa yang terjadi bila yang dicoba adalah hubungan sex yang tidak selayaknya dilakukan pada masa pra nikah. Hal ini terjadi karena dengan mudahnya akses pornografi yang bisa dengan mudah diunduh via telpon seluler maupun media internet. Usia muda yang seharusnya menjadi masa produktif dalam berkarya dan beride menjadi hilang karena iman yang tergoda dan tidak terjaga.
Akibatnya usia muda kembali pupus dan roda jaman berputar ke masa sebelum Kartini lahir ke dunia. Menikah dan memilik anak di usia remaja. Tidak lagi melanjutkan pendidikan dan perjuangan seperti yang telah digagas oleh ibu kita Kartini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.